Istinjak[1]
(cebok) dan Tata Cara Buang Air Besar
Intinja’ (cebok) itu
wajib setelah buang air kecil dan buang air besar. Yang utama adalah bersuci
dengan menggunakan beberapa batu, kemudian diikuti dengan menggunakan air.
Boleh bersuci dengan air saja atau dengan 3 (tiga) buah batu yang dapat
membersihkan tempat najis. Apabila hendak memakai salah satu dari kedua cara
diatas, maka memakai air adalah lebih utama.
·
Keterangan:
Syarat
istinja’ (cebok) dengan menggunakan batu adalah hendaknya najis yang keluar
tidak dalam keadaan kering dan tidak berubah dari tempat keluarnya serta tidak
mendatangkan najis yang lain. Jika salah satu syarat diatas tidak terpenuhi,
maka harus menggunakan air.
Orang yang sedang buang air besar di tempat terbuka (tanah lapang),
hendaknya tidak menghadap ke arah kiblat atau membelakanginya. Dan hendaknya
buang air kecil dan air besar tidak dilakukan di air yang diam (tidak
mengalir), di bawah pohon yang berbuah, di jalan, di tempat bernaung, dan di
dalam lubang. Dan hendaknya tidak berbicara (bersuara) saat buang air kecil dan
air besar, juga tidak menghadap matahari dan bulan, pun membelakangi keduanya.
·
Keterangan:
Tidak
boleh menghadap dan membelakangi kiblat saat buang air besar/kecil di tanah
lapang adalah manakala tidak ada penutup, atau ada tetapi tidak mencapai
ketinggian 2/3 dzira’, atau mencapai, tetapi jaraknya jauh sampai melebihi 3
dzira’ dengan ukuran standar dzira’ anak adam.
Satu
dzira’ menurut imam Nawawi adalah 44,72 cm. Sedangkan menurut imam Rafi’i
adalah 44,82 cm. Dan satu dzira’ dengan ukuran standar anak Adam adalah 48 cm.
[1] Kata “al-istinja’” berasal dari kata (نجوت الشيء أي قطعته) yang artinya adalah “saya memutus/membuangnya”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar